Contoh Makalah Manajemen Organisasi Dan Manajemen (Aom )

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Permasalahan
Salah satu keunggulan dalam melaksanakan pekerjaan yaitu keunggulan budi dan keunggulan abjad yang menghasilkan kerja dan kinerja yang unggul pula. Keunggulan tersebut timbul dari suatu ketekunan seorang insan dengan usaspesialuntuk dalam mencapai suatu tujuan. Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai upaya membuat keunggulan. Intinya, bahwa ketika kita melaksanakan suatu pekerjaan maka hakikatnya kita sedang melaksanakan suatu proses pelayanan. Menghayati pekerjaan sebagai pelayanan memerlukan kemampuan individu yang lebih bisa menempatkan pribadinya sebagai pelayan publik yang melayani bukan justru dilayani, yang meletakkan tujuan kelompok/ organisasi tanpa kepamrihan langsung . Hal ini tiruana sanggup terlihat dalam motivasi apa yang menjadi dasar seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang disebut juga sebagai etos kerja.
Etika dalam pelaksanaan manajemen menjadi salah satu dilema yang menjadi kelemahan dasar dalam pelaksanaan manajemen di Indonesia. Etika sering dilihat sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia administrasi. Padahal, etika ialah salah satu elemen yang sangat memilih kepuasan publik sekaligus sebagai keberhasilan organisasi manajemen itu sendiri. Elemen ini harus diperhatikan dalam setiap pelayanan publik mulai dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi, pelayanan untuk mencapai tujuan simpulan pelaksanaan administrasi.
Etos kerja dikatakan sebagai faktor penentu dari keberhasilan individu, kelompok, institusi dan juga yang terluas ialah bangsa/negara dalam mencapai tujuannya. Pada pelaksanaan manajemen publik juga dipengaruhi oleh etos kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya menyelenggarakan kebutuhan masyarakat.


B.       Pokok Permasalahan
Adapun permasalahan yang  penulis angkat ialah:
1.        Bagaimana etika mensugesti etos kerja pejabat dalam pelananan masyarakat/ publik?
2.        Apa implikasi/ keterlibatan dari relasi antara etika dan etos kerja pejabat publik terhadap institusi publik itu sendiri maupun terhadap masyarakat?

C.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah:

1.        Mengetahui bagaimana pengaruh etika terhadap etos kerja
2.        Mengetahui implikasi dari etos kerja terhadap kinerja pejabat publik
3.        Sebagai pemenuhan kiprah mata kuliah Administrasi Pemerintahan

D.      Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini berdasarkan:
·           studi pustaka















BAB II
KERANGKA TEORI


A.    Administrasi
a.      Pengertian Administrasi
Istilah manajemen berasal dari bahasa latin yaitu “Ad” dan “ministrate” yang artinya pemdiberian jasa atau menolongan, yang dalam bahasa Inggris disebut “Administration” artinya “To Serve”, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya.
Pengertian manajemen sanggup dibedakan menjadi 2 pengertian yaitu :
  1. Administrasi dalam arti sempit. Menurut Soewarno Handayaningrat menyampaikan “Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu mencakup kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan enteng, keti-mengetik, acara dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan”(1988:2). Dari definisi tersebut sanggup disimpulkan manajemen dalam arti sempit ialah kegiatan ketatausahaan yang mliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi serta mempergampang memperoleh informasi kembali bila dibutuhkan.
  2. Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie menyampaikan “Administrasi secara luas yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”(1980:9). Administrasi secara luas sanggup disimpulkan intinya tiruana mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya insan yang melaksanakan kerjasama serta mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Pendapat lain terkena manajemen dikemukan oleh Sondang P. Siagian mengemukakan “Administrasi yaitu keseluruhan proses kerjasama antara 2 orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya” (1994:3). Berdasarkan uraian dan definisi tersebut maka sanggup diambil kesimpulan bahwa manajemen yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama dalam suatu organisasi berdasarkan rencana yang sudah diputuskan untuk mencapai tujuan.

b.      Pengertian Administrasi Publik
Dalam buku Manajemen dalam Pemerintahan, yang diterbitkan oleh Lembaga Adminitrasi negara, dikatakan bahwa, manajemen negara yaitu keseluruhan penyelenggaraan kekuasaan negara dengan memanfaatkan segala kemampuan aparatur negara serta segenap dana dan daya untuk tercapainya tujuan negara dan terlaksananya kiprah pemerintahan.

c.       Pengertian Pejabat Publik
Pejabat publik yaitu orang yang melaksanakan manajemen publik, pegawai maupun aparatur negara.

B.     Etos Kerja
a.      Pengertian Etos Kerja
Kamus Wikipedia sebut bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya yaitu ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan abjad moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang.
Menurut Jansen H Sinamon, diantaranya yaitu sebagai diberikut :
1.      Etos yaitu kebiasaan,  berbasis pada state of mind, yang berafiliasi dengan kegiatan produktif (etos belajar, etos kerja, etos menabung, dsb).
2.      Etos yaitu mindset yang berkaitan dengan dan mewujudkan berupa kegiatan produktif
3.      Etos yaitu apa yang dianggap paling penting, paling vital, oleh sekelompok orang untuk pekerjaan (profesi) yang mereka jalankan, dan sikap apa yang dituntut untuk mencapai hal paling penting tersebut, termasuk apa-apa yang dihentikan dilanggar.
Masih berdasarkan Jansen, etos kerja yaitu spirit, semangat, dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat sikap kerja yang khas dan unggul seperti:
- Rajin, Antusias
- Teliti, Tekun
- Kerja Keras
- Ulet, Sabar
- Bertanggungjawaban
- Hemat, Efisien
- Menghargai Waktu
Etos kerja berdasarkan Jansen yaitu seperangkat sikap kerja, yang berakar pada kesadaran yang kuat, keyakinan yang terperinci dan mantap serta janji yang teguh pada prinsip, paradigma, dan wawasan kerja yang khas dan spesifik. Sedangkan pengertian etos kerja berdasarkan engkaus besar bahasa indonesia yaitu semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu kelompok.

b.      Fungsi dan tujuan etos kerja
Secara umum etos kerja berfungsi sebagai alat pelopor tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
a.       Pendorong timbulnya perbuatan
b.      Pengairah dalam aktivitas
c.       Penggerak, menyerupai mesin bagi kendaraan beroda empat besar kecilnya motivasi akan memilih cepat lambatnya suatu perbuatan.

C.    Etika
a.      Pengertian Etika
Etika yaitu nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan sesorang atau suatu kelompk dalam mengatur tingkah lakunya (bertens:2004)

b.      Pentingnya etika dalam kehidupan ilmiah:
Dalam kehidupan ilmiah, etika menjadi sangat penting, pokok perhatiannya tertuju pada problem dan proses kerja keilmuan.








BAB III
PEMBAHASAN


A.    Etos Kerja Indonesia
Etos kerja ialah salah satu komponen penting yang memilih produktivitas suatu organisasi yang secara nasional akan memilih kualitas suatu bangsa. Etos kerja sangat berafiliasi dengan etika baik individu, kelompok, maupun institusi.
Ekonomi, politik, sosial dan budaya suatu bangsa sangat di tentukan oleh etos kerja masyarkatnya. Salah satu faktor yang mengakibatkan krisis multidimensi Indonesia semenjak tahun 1997 yaitu merajalelanya etos kerja yang buruk, Jansen mengambil referensi di tiga bidang saja, pertama di bidang ekonomi, masyarakat lebih mengutamakan ekonomi rente daripada ekonomi riil, sebuah cerminan etos kerja yang ingin cepat kaya tanpa kerja keras[1], tidak sama dengan etos kerja bangsa Jepang dan Jerman yang sering kali di jadikan referensi sebagai etos kerja yang baik, etos kerja tersebut ialah sebagai diberikut:
Belajar dari negara lain, Jerman dan Jepang yang luluh lantak di PD II. Tetapi kini, lima puluh tahun kemudian, mereka menjadi bangsa termaju di Eropa dan Asia. Mengapa? Karena etos kerja mereka tidak ikut hancur. Yang hancur spesialuntuk gedung-gedung, jalan, dan infrastruktur fisik.
Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman yaitu :
1)      bertindak rasional
2)      berdisiplin tinggi
3)      bekerja keras
4)      berorientasi sukses material
5)      tidak mengumbar kesenangan
6)      hemat dan bersahaja, serta
7)      menabung dan diberinvestasi
Di Timur, orang Jepang menghayati “bushido”(etos para samurai) perpaduan Shintoisme dan Zen Budhism. INI yang disebut oleh Jansen (1999) sebagai “karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang”.
Ada 7 prinsip dalam bushido, ialah :
1)      Gi              : keputusan benar diambil dengan sikap benar berdasarkan kebenaran, bila harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, terhormat.
2)      Yu             : berani, ksatria.
3)      Jin              : murah hati, menyayangi dan bersikap baik terhadap sesama.
4)      Re              : bersikap santun, bertindak benar.
5)      Makoto      : nrimo setulus-tulusnya, sungguh-sesungguh-sungguhnya, tanpa pamrih.
6)      Melyo        : menjaga kehormatan martabat, kemuliaan.
7)      Chugo       : mengabdi, loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang sebab mereka komit dalam penerapan bushido, konsisten, inten dan berkarakter.

Bagaimana dengan Indonesia? Mengutip Mochtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia [1977], Jansen menytkan ‘etos kerja’ orang Indonesia adalah:
1)      Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di lisan lain di hati
2)      Enggan bertanggung jawaban. Suka mencari kambing hitam
3)      Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati daripada menghormati dan lebih mementingkan status daripada prestasi
4)      Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib;
5)      Berwatak lemah. Kurang berpengaruh mempertahankan keyakinan, plinplan, dan simpel terintimidasi.
6)      Dari ketiruananya, spesialuntuk ada satu yang positif, yaitu Artistik; bersahabat dengan alam.
Etos kerja tersebut di atas ialah gambaran secara umum dikuasai dari masyarakat indonesia yang seharusnya menjadi perhatian mulai dari pemerintah, institusi, kelompok profesi dan individu pekerja itu sendiri. Sebagai referensi organisasi masyarakat  ESQ (Emosional Spiritual Quotien) sudah melaksanakan upaya-upaya peningkatan etos kerja dengan menggerakkan seluruh lapisan masyarakat untuk mengimplementasikan 7 Budi Utama, yang terdiri dari :
1.      jujur
2.      Tanggung tanggapan
3.      Visioner
4.      Disiplin
5.      Kerjasama
6.      Adil
7.      Peduli
Dimana 7 Budi Utama tersebut ialah unsur-unsur yang di butuhkan dalam meningkatkan etos kerja. ESQ memasukan spiritual (agama/ keyakinan) sebab bangsa indonesia mempunyai keyakinan yang berpengaruh terhadap Tuhan sehingga apabila tiruana pekerjaan dilakukan atas dasar keyakinan, maka jiwa sesorang akan ikut andil dalam menggerakkan rasa dan menghasilkan sikap yang kuat, sehingga bila diarah kan dengan benar maka akan berdampak pada sikap yang baik.
Kemudian Jansen juga menjabarkan etos kerja yang profesional di dalam melaksanakan pekerjaan, yang dijabarkan dalam 8 artian kerja bagi para pelaku kerja dan apabila diterapkan dengan baik, maka akan tercipta produktivitas kerja yang tinggi. 8 Etos kerja profesional tersebut adalah:
1.      Kerja yaitu Rahmat : Bekerja Tulus Penuh Syukur
Bekerja yaitu rahmat yang turun dari Tuhan oleh sebab itu harus kita syukuri. Bekerja dengan nrimo akan membuat kita mencicipi rahmat lainnya sebagai diberikut:
a.       Kita bisa meterbaikkan bakat kita ketika bekerja
b.      Kita bisa mendapatkan legalisasi dan identitas diri dari masyarakat dan komunitas
2.      Kerja yaitu Amanah : Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab
Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawaban, dengan demikian maka tanggung tanggapan harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan spesialuntuk sekedar formalitas. Rasa tanggung tanggapan terhadap pekerjaan yang didelegasikan kepada kita akan membubuhkan kehendak berpengaruh untuk melasanakan kiprah dengan benar sesuai job description untuk mencapai sasaran yang diputuskan.
3.      Kerja yaitu Panggilan : Bekerja Tuntas Penuh Integritas
Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini mempunyai arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Profesi yang kita jalani untuk menjawaban panggilan kita sebagai birokrat, akuntan, hakim, dokter, dsb. Agar panggilan sanggup diselesaikan sampai tuntas maka diharapkan integritas yang berpengaruh sebab dengan memegang teguh integritas maka kita sanggup bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total, utuh dan menyeluruh.
4.      Kerja yaitu Aktualisasi : Bekerja Keras Penuh Semangat
Aktualisasi yaitu kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap konkret ini yaitu biar kita terbiasa bekerja keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan harapan kita tanpa merubah diri kita menjadi pecandu kerja. Ada tiga cara simpel untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu:
a.       Kembangkanlah visi sebagai ide untuk bekerja keras
b.      Kerja keras ialah ongkos untuk berbagi diri kita
c.       Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita
5.      Kerja yaitu ibadah : Bekerja Serius Penuh Kecintaan
Segala pekerjaan yang didiberikan Tuhan kepada kita harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain sebab tiruana pekerjaan yaitu sama di mata Tuhan bila kita mengerjakannya dengan fokus dan penuh kecintaan. Berbekal kefokusan itu maka hasil yang akan kita peroleh juga akan lebih dari yang kita bayangkan, begitu pula bila pekerjaan yang kita lakukan didasarkan oleh rasa cinta. Seberat apapun beban pekerjaan kita, berapapun penghasilan yang kita dapatkan dan apapun posisi yang kita pegang akan mempersembahkan nilai moril dan spirituil yang tidak sama bila ktiruana didasari dengan rasa cinta. Jadi, bekerja fokus penuh kecintaan akan melahirkan pengabdian serta pengabdian terhadap pekerjaan.
6.      Kerja yaitu Seni : Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas
Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini dimaksudnya yaitu memakai taktik dan taktik dengan berakal untuk berbagi diri, memanfaatkan waktu bekerja biar tetap efektif dan efisien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Hasilnya tentu saja daya cipta kita bukan spesialuntuk disenangi oleh pemimpin perusahaan tetapi juga oleh orang lain sebab tiruana yang kita hasilkan itu yaitu karya seni.
7.      Kerja yaitu Kehormatan : Bekerja Tekun Penuh Keunggulan
Kehormatan diri bisa kita sanggup dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan mengerjakan kiprah yang didiberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan peluang dalam hidup. Rasa hormat yang terbentuk dalam diri kita akan menumbuhkan rasa percaya diri yang akan meningkatkan kita untuk bekerja lebih tekun.
8.      Kerja yaitu Pelayanan : Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati
Hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita sudah mempersembahkan donasi kepada orang lain biar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih gampang. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain

B.     Hubungan Etika dan Etos Kerja Pejabat Publik
Etika berkaitan dengan konsep-teori-rasio ihwal nilai-nilai etis dalam relasi manusiawi, menyerupai kebenaran, keadilan, kebebasan, kejujuran, dan cinta kasih. Sementara etos berkaitan dengan perilaku-praktik-budaya yang tidak selalu bersifat etis atau sesuai dengan etika. Etika kerja yaitu semacam teori ihwal apa, mengapa, dan bagaimana sesorang seharusnya bekerja biar ia menjadi insan yang baik. Dan etos kerja yaitu praktik dan budaya kerja apa adanya[2].
Karena bersifat konseptual-teoritik-rasional, etika kerja selalu mengacu pada nilai-nilai etis yang menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat insan sebagai manusia. Etika dan etos kerja ialah faktor dasar dari pejabat publik dalam melaksanakan manajemen publik. Sebagai contoh, seorang pegawai manajemen keuangan, ketika ia menjunjung etikanya maka ia akan jujur dalam mencatat pengeluaran baik ada orang maupun tidak, itu yang dinamakan etika. Karena ia berlaku jujur maka etos yang etis terwujud menjadi suatu sikap profesional dan menghasilkan kinerja yang baik.
Pada dasarnya etika pejabat publik tertuang dalam isyarat etik kepegawaian, sehingga sudah ada dasar untuk suatu sikap pejabat publlik yang secara moral sudah dianggap benar. Apabila etika dihayati dan diaplikasikan dengan baik dalam setiap pekerjaan maka terciptalah etos kerja yang sehat atau etis (kejujuran, kebebasan, kebenaran, keadilan, cinta kasih, dsb) apabila tidak berhasil dipraktikan dalam bekerja, maka terciptalah suatu etos kerja yang tidak etis, tidak sehat akan menghasilkan suatu pencapaian kerja yang tidak baik pula.
Sehingga sanggup dilihat bahwa penerapan etika dilakukan terlebih lampau, dan akan sanggup membangun etos kerja yang nantinya menghasilkan suatu kinerja atau produktivitas dalam pekerjaan. Kita ambil satu referensi gosip ketika ini yaitu pejabat adminstrasi yaitu kasus Gayus Tambunan. Gayus yaitu pegawai pajak yang bekerja di Direktorat Jendral Pajak pada belahan staf penelaah keberatan dan banding. Gayus melaksanakan kerjasama kecurangan dengan wajib pajak, dengan imbalan 25 milyar. Apa yang di lakukan gayus tersebut sudah melanggar isyarat etik berupa sumpah pegawai terhadap negara, instansi dan masyrakat, sanggup dikutip dari Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil bahwa :

“......Bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara."

Selain itu, pada Sumpah/Janji Jabatan, bahwa :

“........Bahwa saya tidak akan mendapatkan hadiah atau suatu pemdiberian berupa apa saja dan dari siapapun juga, yang saya tahu atau patut sanggup mengira, bahwa ia mempunyai hal yang bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan aku”

Jika landasan etika yang dimiliki Gayus berpengaruh maka ia tidak akan terpengaruh, ketika etika tersebut tidak diperdulikan maka dampaknya secara otomatis etos kerja yang baik tidak sanggup dibangun, menyerupai bersikap nrimo dan sungguh-sungguh terhadap pekerjaan juga instansi, khususnya Direktorat Jenderal Pajak dalam kasus ini, juga tidak menjaga martabat dan kehormatan baik pada diri sendiri, pekerjaan serta instansi dan masyarakat.
Sebenarnya etos kerja yang paling sederhana dilihat dari pegawai yang terlambat kerja, tidak disiplin, tidak kreatif, meremehkan pekerjaan dan sebagainya, bekerjsama hal menyerupai ini ialah hal sederhana yang sering kali dilupakan oleh para pegawai publik, bila hal menyerupai ini terus berlanjut dan tidak ada perhatian maka menjadi bibit dari terjadinya kasus besar menyerupai kasus Gayus tersebut.

C.    Implikasi Hubungan Antara Etika Dan Etos Kerja Pejabat Publik
Berdasarkan uraian diatas sanggup dilihat bahwa etika mensugesti etos kerja pegawai publik dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan manajemen publik. Pegawai harus memahami, menghayati dan mengaplikasikan etika dalam pekerjaan sehari-hari mulai dari kiprah individu, kelompok maupun institusi, maka etos kerja akan sanggup di bangun secara terbaik, sehingga produktivitas kerja meningkat, pegawai itu sendiri itu akan memperoleh kepuasan kerja sebagai dorongan untuk mencapai profesionalitas, masyarakat akan memperoleh kepuasan terhadap pelayanan yang didiberikan, maka timbul kepercayaan dalam masyarakat, dan menjadikan relasi timbal balik yang efektif. Jika tiruana hal tersebut sanggup tercapai pada alhasil akan mempertahankan etos kerja yang baik serta menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang tangguh, bisa bersaing di abad pasar bebas.
Sebaliknya apabila etika yang sudah di buat tidak diikutsertakan dalam pegawai dalam tugasnya, maka kasus-kasus menyerupai gayus akan potensial terjadi, dan menghasilkan etos buruk, menyerupai yang di katakan oleh Mochtar Lubis bahwa etos kerja bangsa indonesia hampir seluruhnya ialah etos yang buruk. Tentunya etos jelek tersebut akan membuat kerusakan perilaku, sehingga produktivitas serta profesionalisme tidak sanggup dicapai. Bagi pegawai itu sendiri etos jelek akan menjadi kebiasaan yang sanggup menular kepada pegawai lain dan sanggup merugikan instansi sehingga tidak sanggup mencapai sasaran pekerjaan. Selain itu dampak luas dari etos kerja pegawai publik yang jelek akan menghasilkan pelayanan kepada masyarakat yang jelek pula, sehingga muncul ketidakpuasan dari masyarakat terhadap manajemen publik.













BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas sanggup disimpulkan bahwa Admnistrasi yang dijalankan oleh pejabat publik dipengaruhi oleh etos kerja. Etos kerja bangsa Indonesia digambarkan sebagai etos yang buruk, untuk itu perlu ada kerja keras dari banyak sekali pihak yang terus menerus untuk merubah etos kerja yang sudah menjadi kebiasaan bangsa indonesia. Salah satu upaya dari organisasi masyarakat ialah penerapan 7 Budi Utama oleh ESQ di segala lapisan masyarakat, hal ini sanggup menjadi upaya untuk menumbuhkan etos dari dalam jiwa sehingga menghasilkan sikap yang masyarakat yang madani.
Etos kerja sangat dipengaruhi oleh etika. Etos kerja yang profesional didasari oleh orang yang menjunjung tinggi etika. Apabila etika dihayati dan diaplikasikan dengan baik dalam setiap pekerjaan maka terciptalah etos kerja yang sehat atau etis (kejujuran, kebebasan, kebenaran, keadilan, cinta kasih, dsb) apabila tidak berhasil dipraktikan dalam bekerja, maka terciptalah suatu etos kerja yang tidak etis, tidak sehat akan menghasilkan suatu pencapaian kerja yang tidak baik pula.
Pelayanan yang didiberikan manajemen publik melalui para pegawai ditentukan dari baik atau tidaknya etos kerja yang dimiliki, apakah baik atau buruk, etos kerja yang baik akan menjadikan kepercayaan dari masyarakat dan menumbuhkan sikap mental yang baik, sehingga diberimbas luas dan menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang tangguh dan maju, namun sebaliknya bila dalam pelayanannya melaksanakan tindakan-tindakan yang kurang/ dan atau baik maka gambaran pribadi, organisasi atau institusi menjadi jelek dan kurangnya rasa percaya dari masyarakat terhadap pelayan publik. Dapat dikatakan bahwa ketahanan dan kualitas individu memilih kemajuan bangsa/ negara.


B.     Saran
Adapun masukan yang penulis ejekan ialah:
1.      Agar isyarat etik benar-benar diimplementasikan, sumpah pegawai tidakboleh spesialuntuk sekedar formalitas. Sebaiknya selalu dilakukan sosialisasi etika, baik melalui tulisan-tulisan maupun pertemuan diskusi-diskusi dan penegakan peraturan yang sesuai dan berlaku.
2.      Pemimpin sebagai role model dalam penerapan etika, akan menjadi sumber dari semangat etos kerja bawahan, sehingga pemimpin sebaiknya yang mempunya kesadaran jiwa yang tinggi, etika dan etos yang baik.
3.      Mind set pekerja harus di isi dengan etika dan motivasi.
4.      Dalam manajemen publik, masyarakat sangat mensugesti sehingga harus membangun etos kerja yang baik terhadap masyarakat dan menlampaukan kepentingan bersama. Meletakkan pelayanan yang mengutamakan pelayanan masyarakat dengan budaya “melayani” publik, bukan untuk “dilayani”.

























DAFTAR PUSTAKA



[2] Harefa, Andrias, Membangkitkan Etos Profesionalisme,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,) hal.32
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Manajemen Organisasi Dan Manajemen (Aom )"

Back To Top